Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nasir mengungkapkan, membantu mereka yang yang dhuafa dan mustadh’afin dalam kondisi sulit melawan wabah Covid 19 adalah bagian dari dakwah ma’ruf nahi mungkar yang sifatnya ta’awun.
” Dan ini juga heroik dan bentuk jihad fisabilillah,” katanya saat mengisi ceramah pengajian Ramadhan online yang digelar Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Senin (4/5).
Menurut Haedar, Umat Islam jangan hanya punya anggapan dakwah amar ma’ruf nahi munkar itu berupa keberanianan mengatakan kebenaran di tengah pemimpin yang zalim saja. “Iya, itu memang betul. Tapi pada saat yang sama gerakan ta’awun yang membebaskan kaum duafa mustadh’afin dan mereka yang mengalami nasib yang buruk akibat musibah itu juga jihad fisabilillah. Termasuk juga mencari ilmu itu termasuk jihad fisabilillah,” jelasnya.
Haedar mengatakan, Muhammadiyah berbangga karena sudah diwariskan mozaik dari Kyai Dahlan ketika beliau mengajarkan al-Ma’un selama 3 bulan sebagai bentuk pengajaran yang luar biasa yang oleh mahasiswa yang belajar ilmu sosial disebut dengan dekonstruksi, membongkar alam pikiran.
“Tujuh ayat dihafal itu mungkin setengah jam. Tetapi Kyai Dahlan mengajarkannya selama 3 bulan. Ternyata ada yang ingin diraih, yakni keutamaan aksi nyata. Melaksanakan itu bagian dari pemahaman,” urainya
Di akhir ceramahnya, Haedar menegaskan, bahwa kiprah kemanusiaan Muhammadiyah itu adalah peran dari langit untuk bumi, bukan semata-mata peran yang sifatnya pragmatis dan praktis tapi ada nilai ketauhidan di dalamnya.
“Itulah yang perlu kita hayati bersama, mudah-mudahan di bulan Ramadan ini kita semakin menghayati nilai-nilai keislaman yang sangat mulia luhur dan utama serta disebarluaskan dalam kehidupan sehari-hari,” tutupnya
Pada bagian lain ceramahnya, Haedar Nashir mengatakan, bahwa sekarang kita berada dalam suasana Ramadhan di kala musibah. Dan kita juga ditinggal oleh saudara-saudara kita, termasuk dari keluarga besar, kader dan pimpinan Muhammadiyah di Sumatera Utara.
“Tentunya ini merupakan musibah yang mana kita tidak ada jalan kecuali mengucap inna lilahi wa inna ilaihi raji’un.” sebutnya.
Atas musibah ini, kata Haedar, sebagai orang beriman tidak ada jalan kecuali kita tawakkal dan sabar kepada Allah sembari ikhtiar. Sehingga bagi setiap muslim, libih-lebih bagi keluarga besar Muhammadiyah, tidak akan pernah meratapi musibah sebesar ini, tetapi menghadapinya dengan sabar dan tawakkal dan ikhtiar, lalu juga dengan kepasrahan.
“Karena semuanya tidak kita kehendaki. Wamaa ashaabakum min mushiibatin fabimaa kasabat aydiikum waya’fuu ‘an katsiirin (QS as-Syura: 30- red). Artinya, tidak ada musibah apapun di muka bumi ini yang terjadi kecuali dengan izin Allah, atas kuasa Allah serta atas Rahman dan Rahimnya Allah,” tuturnya.
Karena itu, kata Haedar, warga Muhammadiyah harus tetap optimis, biarpun berpuasa Ramadan di kala musibah Covid-19 tetapi kita tetap optimis bahwa Allah mengeluarkan kita dari musibah ini, tentu harus disertai dengan ikhtiar.
Ditegaskannya, Muhammadiyah juga sudah berperan didalam menghadapi pandemi Covid-19 dengan segala dampaknya ini lewat kiprah Muhammadiyah untuk bangsa.
Apa yang dilakukan Muhammadiyah itu memang bukan retorika, tetapi nyata. Kemaren viral di media social bahwa Perguruan Tinggi Muhammadiyah sudah mengeluarkan Rp 78 miliar untuk menghadapi pandemic Covid-19, belum dari Rumah Sakit dan lainnya.
“Tanpa rasa kita ingin riya, tetapi tasyakur bi ni’mah bahwa apa yang kita lakukan itu merupakan peran dari Muhammadiyah untuk kemanusian, lebih-lebih di kala musibah,” ungkapnya.
Karena itu, Haedar mengingatkan ummat Islam, khususnya keluarag besar Muhammadiyah jangan pernah kehilangan makna. Haedar menyebut ada tiga makna yang harus dimiliki di saat kondisi sekarang ini.
Makna pertama, kata Haedar, jadikan musibah ini sebagai hikmah untuk makin menjadi orang yang beriman, makin jadi orang yang cerdas berilmu, sekaligus juga menjadi orang orang yang memberi manfaat dengan amal shaleh.
“Dan ini merupakan bagian dari ketauhidan kita, keimanan dan ketaqwaan kita. Apalagi kita di bulan Ramadan , kita diperintahkan berpuasa Ramadhan, la’allakum tattaqun, agar kita menjadi orang yang bertqwa,” katanya.
Orang bertaqwa itu, jelas Haedar, jika dikumpulkan dari seluruh kriteria-kriteria yang ada dalam al-Quran, maka kesimpulannya adalah orang yang mengumpulkan seluruh kebaikan di dalam dirinya.
“Jadi puncak dari segala kualitas itu ada pada diri yang bertakwa. Karena itu jadilah manusia-manusia yang unggul , tangguh dan mampu mengambil ibrah dari musibah itu,” katanya.
Makna kedua, bahwa peran kemanusian itu tidak semata-mata karena hal yang pragmatis dan praktis, tetapi juga harus ada nilai teologis.
“Itu bedanya kita sebagai muslim, sebagai pengikut nabi Muhammad SAW menjalankan peran-peran kemanusian , kemasyarakan dan kebangsaan itu punya dasar nilainya,” ungkapnya.
Makna ketiga, mari kembangkan di dalam peran dan kiprah kemanusiaan itu adalah nilai ta’awun, nilai untuk saling menolong dan saling bekerjasama dalam kebaikan, sebaliknya tidak bekerja sama dalam keburukan, ta’awanu alal birri wattaqwa wala ta’awanu alal itsmi wal udwan.
Sementara Rektor UMSU, Dr.Agussani, MAP mengungkapkan rasa syukur Alhamdulillah, karena di tengah suasana pandemik wabah Covid-19 yang melanda seluruh dunia saat ini masih bisa menggelar kegiatan positif, yakni pengajian Ramadan secara online.
Rektor juga menjelaskan, bahwa UMSU sudah memasuki hari ke 60 melaksanakan kegiatan merumahkan mahasiswa, dosen dan tenaga pendidik maupun karyawan, yakni dimulai sejak tanggal 19 Maret 2020.
“Alhamdulillah sesuai dengan program yang telah kita susun terkait proses akademik secara daring seperti pembelajaram, seminar proposal maupun sidang akhir sudah dijalankan secara baik oleh seluruh fakultas di UMSU,” ujarnya.
Pengajian Ramadan Online yang diadakan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) bekerjasam dengan bekerjasama dengan Pusat Digital Syiar Muhammadiyah (PSDM) PP Muhammadiyah.
Sebanyak 421 peserta mulai dari BPH UMSU, Rektor UMSU, Jajaran Wakil rektor UMSU, PDM Se Sumut, Ketua Sekolah Tinggi Muhammadiyah se Sumut, civitas akademika UMSU ikut berpartisipasi memeriahkan Pengajian Ramadhan Online yang dipandu oleh Dekan FAI UMSU Dr Muhammad Qorib MA.