Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah menggelar masa ta’aruf kolosal angkatan Tahun 2020 secara daring yang diikuti 3.917 mahasiswa baru Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Rektor UMSU, Dr Agussani, MAP dalam sambutannya mengatakan, Masta merupakan agenda pra pengkaderan IMM yang ditujukan untuk pengenalan terhadap Gerakan Mahasiswa Muhammadiyah serta Gerakan Muhammadiyah kepada Mahasiswa baru, serta pintu gerbang untuk bergabung bersama organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.
“Karena itu, Masta adalah kegiatan yang wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa baru UMSU,” katanya.
Setelah Masta nantinya masih ada program kegiatan lanjutan yang wajib diikuti seluruh mahasiswa UMSU, yaitu Kajian Intensif Al-Islam dan Kemuhammadiyahan.
IMM tegasnya, merupakan organisasi yang menjadi wadah lahirnya generasi pemimpin. IMM adalah wadah bagi kader umat, kader bangsa dan kader persyarikatan.
Masta Kolosal ini dibuka Ketua DPC IMM Kota Medan, Angga Fahmi S.Pd. Dalam kesempatan itu dia mengajak mahasiswa baru UMSU untuk bergabung dengan IMM sebagai wadah untuk mengasah kemampuan sesuai motto anggun dalam moral dan unggul dalam intelektual.
Sementara, Ketua Umum DPP IMM, Najih Prasetyo, SHI, MH mengatakan, apresiasi terhadap pelaksanaan masta kolosal yang diikuti ribuan mahasiswa baru UMSU. Antusiasme ini menunjukkan potensi yang besar bagi pengembangan kader.
“UMSU merupakan salah satu yang terbesar dalam segi jumlah komisariat dan kader,” katanya.
Dalam kesempatan itu, dia menyoroti persoalan pendidikan akibat pandemi Covid-19. Pendidikan sesungguhnya elemen penting sebagai penentu masa depan. “Kemajuan satu negara diukur dari tingkat indeks dari pendidikan masyarakatnya,” katanya.
Untuk itu mahasiswa sebagai kelompok masyarakat intelektual dituntut untuk bergerak dinamis dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki sebagai alat kritis untuk merespon kebijakan yang dihadirkan negara.
Mahasiswa adalah agen penggerak perubahan sosial yang dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
“IMM harus menjadi bagian dari orang yg berpendidikan tinggi di era teknologi 4.0, maka untuk bisa merespon persoalan dan tantangan masa depan maka perlu Menguasai teknologi sehingga bisa bekerja secara maksimal,” katanya.
Tokoh- tokoh muda seperti Putri Indahsari Tanjung, Adamas Belva Syah Devara, Andi Taufan Garuda Putra, adalah contoh anak muda yg mampu memaksimalkan teknologi sehingga menjadi orang yang diperhitungkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Artinya penting dipahami untuk memanfaatkan teknologi,” katanya.
Lebih lanjut, Najih juga menyoroti persoalan besarnya jumlah generasi muda yang menganggur yang berdasarkan catatan mencapai 12,8 persen. Kondisi ini menjadi persoalan jika dibiarkan karena banyak penganggur di usia produktif.
Persoalan lain, disparitas pembangunan antara pusat dan daerah, pembangunan desa tidak seimbang dengan pembangunan kota, polusi dan persoalan lingkungan, perlu menjadi perhatian dan dipahami oleh mahasiswa.
” Kita juga menghadapi masalah rendahnya pemahaman literasi dan Indonesia berada di nomor dua terbawah yakni diurutan, 61 dari 62 negara. Pemahaman literasi rendah ini membuat sulit untuk mampu menguasai teknologi dan banyak negara hancur karena partisipasi publik terhadap literasi lemah,” katanya.
Bagaimana merespon berbagai persoalan tersebut, dalam persepsi ini maka mahasiswa harus ikut terlibat menjadi solusi. Inovasi dan kreatifitas menjadi kunci dalam penyelesain persoalan bangsa.
“Prinsipnya perbaiki diri untuk bisa memperbaiki masyarakat,” katanya