Inovasi tidak boleh berhenti. Itulah yang dilakukan dosen UMSU Dr. Fetra Venny Riza ST MSc, Rimbawati ST MT DAN Lila Bismala ST MSi bersama dua mahasiswa Fakultas Teknik, Muhammad Irfan Amir dan Rasila Ndobe. Inovasi yang mereka wujudkan” Batu Bata Ramah Lingkungan” diimplementasikan di Desa Suka Mulia, Pagar Merbau, Deli Serdang, Sumatera Utara.
PKM Dosen UMSU “Implementasi Green Development Kontruksi Bata Tradisional Menuju UMKM Ramah Lingkungan” di Desa Suka Mulia, Pagar Merbau ini merupakan kegiatan yang didanai oleh Kemendikbud melalui Dirjen Riset Teknologi dan Pengabdian Masyarakat Tahun 2024. PKM ini mendapat apresiasi dari Rektor UMSU Prof. Dr. Agussani. “Pengabdian para desen ini, menjadi bagian dari sukses Tri Dharma Perguruan Tinggi. Diharapkan semua dosen dapat mengimplementasikan hasil riset, bagi kesejahteraan masyarakat,” kata Agussani.
Hal yang sama disampaikan Dekan Fakultas Teknik UMSU Munawar Alfansyuri ST MT yang mengapresiasi pengabdian dosen-dosen Fakultas Teknik diberbagai bidang pengabdian. Apresiasi juga disampaikan oleh pemerintah desa Suka Mulia dan para perajin batubata di desa Suka Mulia, Pagar Merbau, seperti disampaikan oleh Hariadi SP, Kepala Urusan Keuangan desa itu.
Ribuan ton tanah merah masuk ke desa itu untuk kemudian di proses, seperti dihaluskan, dicetak dan kemudian di bakar. Lalu jutaan batubata keluar dari desa itu untuk memasok kebutuhan pembangunan di banyak daerah di Sumatera Utara. Batubata ada yang dikirim ke panglong (toko penjualan alat bangunan) atau langsung ke proyek yang sedang dikerjakan.
Satu batu bata yang diproduksi desa ini dihargai Rp 280,- sampai Rp 300,-/ bata. Harga itu kemudian lain mencapai Rp 400 sampai Rp 500,-/bata di pasasran. Batu bata adalah “darah daging” penduduk Desa Pagar Merbau, Deli Serdang. Selain menjadi perajin, penduduk di sana juga ada yang menjadi petani, pedagang sampai karyawan.
Hadirnya satu inovasi baru di sebuah kawasan tentu saja menjadi pro-kontra. Tentu saja, tidak mudah bagi perajin di desa Suka Mulia itu untuk menerima satu temuan, seperti dari Batu Bata dibakar dengan Batu-Bata tanpa dibakar.
Inovasi batubata tanpa dibakar itulah yang disosialisasikan kepada masyarakat Desa Suka Mulia. Bertempat di Kantor Desa. Tim PKM (Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat) UMSU menyosialisasikan inovasi mereka, Batu Bata tanpa di bakar kepada masyarakat.
Implementasi Green Development Konstruksi Batubata Tradisional Menuju UMKM Bata Ramah Lingkungan yang mendapat pendanaan dari Kemendikbud & Risti itu dihadiri warga perajin dan sejumlah pejabat dilingkungan Kantor Desa Suka Mulia.
Dr. Fetra Venny Riza ST MSc beserta tim: Rimbawati ST MT DAN Lila Bismala ST MSi bersama dua mahasiswa Fakultas Teknik, Muhammad Irfan Amir dan Rasila Ndobe menjelaskan kenapa memilih batubata tanpa dibakar. Kata Dr. Fetra, Dosen di Fakultas Teknik UMSU itu bahwa antara Bata bakar dengan Bata tanpa bakar memiliki plus-minus. Bata bakar memiliki kekuatan dan tahan, terutama untruk struktur tinggi. Tahan terhadap berbagai kondisi cuaca, tidak mudah rusak oleh air, selain memiliki tampilan klasik dan alami.
Rimbawati dosen Fakultas Teknik UMSU yang sarat pengalaman terkait program pengabdian itu mengatakan, dengan inovasi Batu Bata tanpa bakar itu, selain akan menjadi produksi yang ramah lingkungan juga dapat menekan biasa produksi lebih rendah. ” Kalau ada yang lebih baik, kenapa tidak,” kata Ribawati. Inovasi batubata tanpa bakar masih butuh waktu untuk melakukan proses ujicoba lebih lanjut guna mendapatkan standarisasi batubata terbaik.